Cute Red Flying Butterfly

Etika Produksi dan Pemasaran Konsumen

ETIKA PRODUKSI DAN PEMASARAN KONSUMEN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah harga yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman informasi seperti ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan massif (banyak). Menurut penelitian, seorang konsumen yang tidak puas, rata-rata akan mengeluh kepada 16 orang di sekitarnya. Sementara yang puas, hanya akan menyebarkan kepada 3 orang disekitarnya. Memperlakukan karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis, adil dan jujur adalah satu-satunya cara supaya kita dapat bertahan di dalam dunia bisnis sekarang.
Perilaku etis penting diperlukan untuk sukses jangka panjang dalam sebuah bisnis. Bisnis apapun, tentu akan melalui tahap-tahap sebelum akhirnya bisa dinikmati oleh publik. Salah satu prosesnya adalah produksi dan pemasaran.
Produksi adalah tahapan yang cukup penting dalam proses bisnis. Dimana pebisnis bisa menuangkan idenya dalam sebuah produk yang siap dipasarkan. Sementara pemasaran bisa dikatakan salah satu urat nadi dalam pencapaian hasil. Segala macam produksi atau output dengan hasil terbaik, tidak akan optimal diserap oleh konsumen jika teknik dan pelaksanaan pemasarannya tidak bagus.
Berbagai cara bisa dilakukan dalam memasarkan suatu produk sehingga sampai di tangan konsumen. Salah satu yang memiliki peranan penting saat ini adalah penggunaan iklan. Iklan akan dianggap sebagai metode yang ampuh untuk menyebarluaskan informasi kepada khalayak mengenai suatu produk yang dihasilkan dalam bisnis.
Dibalik keberhasilan iklan dalam mendongkrak penjualan produk dalam bisnis, terselip beberapa permasalahan yang bermuara pada persoalan etika. Etika yang dimaksud adalah content serta visualisasi iklan yang dianggap sebagai pembodohan serta penipuan terhadap konsumen.
Beberapa permasalahan terkait dengan iklan dan etika dalam berbisnis dapat diurai menjadi beberapa permasalahan sebagai berikut:
• Iklan yang ditampilkan tidak mendidik
• Iklan yang ditampilkan cenderung menyerang produk lain.


1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana melakukan produksi dan pemasaran yang beretika.

1.3 TUJUAN
• Mengetahui etika bisnisnya dalam produksi dan pemasaran.
• Sebagai pembahasan dalam mata kuliah Etika Bisnis.

1.4 MANFAAT
• Sebagai latihan pengembangan pola pikir mahasiswa.
• Sebagai masukan untuk pebisnis.
• Referensi untuk tugas berikutnya


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PRODUKSI
Dalam ilmu ekonomi, pengertian produksi mengacu pada dua hal, yaitu:
a) Produksi menghasilkan barang/ jasa baru sehingga menambah jumlah, mengubah bentuk, atau memperbesar ukurannya. Contoh: beternak dan bercocok tanam.
b) Produksi meningkatkan/menambah daya guna menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Contoh: pertukangan dan kerajinan.

2.1.1 Faktor-faktor produksi
a) Produksi asli  tanah, air, udara, sinar matahari, tumbuhan, hewan, dan SDM.
b) Produksi turunan  modal dan keahlian.

2.1.2 Tujuan Produksi
a) Memperbanyak jumlah barang dan jasa.
b) Menghasilkan barang dan jasa yang berkualitas tinggi.
c) Memenuhi kebutuhan sesuai dengan peradaban.
d) Mengganti barang-barang yang rusak atau habis.
e) Memenuhi pasar dalam negeri untuk perusahaan dan rumah tangga.
f) Memenuhi pasar internasional.
g) Meningkatkan kemakmuran.

2.1.3 Proses Produksi
Proses produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu untuk menghasilkan atau menambah manfaat barang atau jasa. Setiap barang/jasa memiliki proses produksi yang berbeda-beda. Biasanya meliputi tahap ide  pencarian materi  brainstorming  pembuatan barang/jasa yang diinginkan  pengecekan  proses uji coba  evaluasi awal  pemasaran.

2.1.4 Fungsi Produksi
a) Perencanaan dan desain produk
b) Perencanaan kapasitas produk
c) Perencanaan layout pabrik
d) Perencanaan Layout Mesin-mesin Pabrik
e) Perencanaan Bahan Baku
Secara matematis, fungsi produksi merupakan persamaan yang menunjukkan hubungan antara input dan output. Persamaan ini dapat dirumuskan sebagai:

ß = f (S + T + M + KT)

Keterangan :
ß = jumlah barang / jasa yang dihasilkan ( output )
f = fungsi, simbul peranan fungsional
S = sumber daya alam
T = tenaga kerja
M = modal / sarana
KT = kewirausahaan dan teknologi

2.1.5 Etika Produksi
Definisi etika secara sederhana adalah studi mengenai hak dan kewajiban manusia, peraturan moral yang dibuat dalam pengambilan keputusan dan sifat alami hubungan antar manusia dan alam. Maka etika produksi yang diperhitungkan adalah:
• Nilai  aturan main yang dibuat pengusaha dan menjadi patokan berbisnis.
• Hak dan kewajiban  Menerima dan menggaji karyawan, membayar pajak dan sebagainya.
• Peraturan moral  Peraturan moral menjadi acuan tertulis yang sangat penting bagi pengusaha ketika mengalami dilema atau permasalahan, baik internal atau eksternal.
• Hubungan manusia  memprioritaskan perekrutan karyawan dari masyarakat di sekitar perusahaan, menghargai hak cipta, dll.
• Hubungan dengan alam  ikut mengelola lingkungan hidup dan mengelola limbah sisa hasil produksi.




2.2 PEMASARAN
Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai barang atau jasa, dengan memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia (wikipedia.org/wiki/pemasaran).
Etika pemasaran berkaitan dengan keputusan pemasaran yang menyangkut etika. Etika adalah sesuatu yang bersifat tidak tetap. Maka pola pandang dalam etika selalu bersifat relatif tapi harus mengandung unsur kebaikan bersama.
Contohnya, ada tulisan bebas lemak pada produk-produk makanan. Tulisan tersebut bisa saja benar bahwa makanan tersebut tidak mengandung lemak, tetapi seringkali konsumen lupa bahwa makanan tersebut masih mengandung kalori. Pola pandang ini disadari oleh produsen dan digunakan dalam promosi produknya. Etis kah mereka berbuat demikian?
Produsen membutuhkan sebuah pedoman untuk mengambil keputusan, yang disebut konsep pemasaran (marketing concept). Hendaknya kesejahteraan konsumen (consumer welfare) dalam jangka panjang dimasukkan ke dalam ruang lingkup kepuasan konsumen.

2.2.1 Konsep Pemasaran
Ada 3 macam hal yang dipertimbangkan dalam pemasaran:
a) Consumer Satisfaction (kepuasan konsumen)
Kepuasan konsumen adalah tujuan utama dari perusahaan. Masih banyak perusahaan yang masih menganggap bahwa tujuan dari perusahaan adalah kepuasan perusahaan dan bukan kepuasan konsumen. Perusahaan tersebut memposisikan pemasaran sebagai alat untuk menjual barang yang diproduksi, bukan untuk membuat barang yang memang diinginkan oleh konsumen.
b) Total Company Effort (total usaha perusahaan)
Pemasaran adalah total usaha perusahaan. Total usaha perusahaan berarti mencakup semua departemen dalam perusahaan tersebut. Masih banyak perusahaan dengan departemen yang membangun dinding pemisah dengan departemen lain dan menganggap dirinya paling penting dalam perusahaan. Pemasaran sebagai total usaha perusahaan menuntut semua departemen yang ada dalam perusahaan tersebut untuk mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai kepuasan konsumen.


c) Profit or Other Long-term Measure (keuntungan jangka panjang)
Laba adalah tujuan utama dari perusahaan. Mana yang lebih penting? Kepuasan konsumen atau Laba? Dua-dua nya benar dan berjalan pararel. Laba adalah tujuan utama perusahaan dilihat dari kacamata bisnis. Kepuasan konsumen adalah tujuan utama perusahaan dilihat dari kacamata pemasaran. Jika konsumen puas, maka dia akan melakukan repurchasing (pembelian kembali) dan memberikan laba/keuntungan bagi perusahaan dalam jangka panjang.

Tujuan perusahaan bukan hanya laba. Banyak perusahaan dan organisasi yang tidak mentargetkan laba sebagai tujuan perusahaan. Contohnya WWF (World Wildlife Fund) yang bertujuan menjaga kehidupan liar dan melindungi spesies yang terancam punah. Siapa konsumennya? Konsumen mereka adalah spesies (hewan, tanaman) yang mereka lindungi. Tujuan WWF bukan untuk mendapatkan laba dari spesies yang mereka lindungi, tetapi menghilangkan ancaman kepunahan dari spesies tersebut. Jika spesies yang mereka lindungi bisa berkembang biak dengan baik dan terhindar dari kepunahan, maka tujuan mereka dapat dikatakan tercapai. Tetapi untuk melakukan usaha tersebut, dibutuhkan supporter (pendukung) dalam bentuk uang dan tenaga kerja. Oleh karena itu sekalipun konsumen dari WWF adalah hewan/tumbuhan tetapi kegiatan pemasarannya ditargetkan kepada para supporternya.
Semua keputusan pemasaran (marketing decision) akan mengacu kepada konsep pemasaran (marketing concept). Jika sebuah keputusan pemasaran tidak memiliki ketiga unsur ini, maka keputusan tersebut akan ditolak. Hal ini berlaku juga untuk keputusan pemasaran yang bersifat etikal (ethical marketing decision).

2.2.2 Etika Pemasaran Dalam Konteks Promosi
a) Sebagai sarana menyampaikan informasi yang benar dan obyektif.
b) Sebagai sarana untuk membangun image positif.
c) Tidak ada unsur manipulasi/memberdayakan konsumen.
d) Selalu berpedoman pada prinsop-prinsip kejujuran.
e) Tidak mengecewakan konsumen.

Contoh manipulasi dalam periklanan disebut juga subliminal advertising. Subliminal dvertising dikatakan teknik periklanan yang secara sekilas menyampaikan suatu pesan dengan begitu cepat, sehingga tidak dipersepsikan dengan sadar, tapi tinggal dibawah ambang kesadaran. Teknik ini dipakai dibidang visual maupun audio.
Dalam dunia visual, suatu pesan dimasukkan sebentar saja dalam film, sehingga penonton tidak melihatnya dengan sadar pada layar, namun demikian pesan tersebut akan diingat oleh penonton. Subliminal advertise yang lain adalah mempengaruhi konsumen melalui iklan dengan memanfaatkan faktor-faktor psikologis seperti status, gengsi, dan yang lainnya. Kedua jenis advertise subliminal tersebut secara etika telah mempengaruhi keindependenan konsumen, walau tidak dipungkiri bahwa fungsi sebuah iklan adalah untuk mengajak sebanyak mungkin konsumen untuk membeli suatu produk.
Beberapa permasalahan terkait periklanan oleh dunia bisnis yang bersinggungan dengan nilai-nilai dan etika, dapat kita perinci sebagai berikut:
• Iklan yang ditampilkan tidak mendidik
Dari sisi content, suatu iklan terkadang malah sering menampilkan sisi-sisi yang sama sekali tidak mendidik terhadap konsumen, taruhlah iklan tersebut secara isi adalah benar, namun dalam visualisasi terhadap konsumen dapat tidak mendidik.
Contohnya:
Iklan provider yang menampilkan telekomunikasi. Di iklan tersebut ditunjukan seorang balita yang bermain kuda–kudaan dengan sang ayah. Setika sang ayah kurang cepat larinya si bayi dengan jelas menempelkan raket listrik ke mulut ayahnya. Alangkah bijaksananya kalo temanya tidak menampilkan adegan yang mengandung nilai pendidikan yang tidak baik bagi anak -anak.
Contoh lainnya, seorang anak dapat tumbuh besar serta pintar karena mengkonsumsi produk tertentu. Belum, lagi iklan yang menonjolkan kekerasan serta sensualitas dalam penayangannya, secara etis iklan-iklan seperti ini tidak layak untuk ditampilkan.
• Iklan yang ditampilkan cenderung menyerang produk lain
Yang paling jelas adalah iklan provider telekomunikasi/internet. Dengan logo competitor yang disamarkan, bahkan menampilkan icon dari iklan lain untuk dijadikan content dalam isi pesan yang disampaikan. Bentuk pemasaran seperti ini merupakan suatu bentuk persaingan yang kurang baik, karena tindakan tersebut menyinggung pihak lain, dan menunjukkan perang secara implisit tapi nyata. Tentu yang dipermainkan adalah persepsi konsumen. Sehingga dampaknya membuat konsumen tidak mempercayai satupun dari iklan yang ditampilkan.


• Iklan berupa spammer merugikan pengguna internet
Penggunaan internet yang akhir-kahir ini sangat pesat perkembangnya ternyata telah mengundang kalangan bisnis untuk terjun kedalamnya, tentunya dalam bentuk iklan. Spam, yakni suatu pesan dalam jumlah yang banyak dan berulang ke dalam email, atau secara terus menerus terakses walaupun kita tidak hendak mengaksesnya ketika kita mengunjungi sebuah situs merupakan sebuah bentuk baru pengiklanan yang tentunya bagi beberapa pihak menguntungkan, namun untuk sebagian pihak lain hal ini sangat merepotkan. Prilaku seperti ini, dalam kajian etika bisnis merupakan suatu tindakan yang tidak etis karena telah mengganggu kebebasan orang lain.

2.3 TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN ETIKA PEMASARAN
Fakta tentang produk di pasaran masih banyak penggunaan bahan tidak aman & beracun pada produk makanan, obat dan kosmetik di Indonesia. Seperti formalin, rhodamin, borax & MSG pada makanan, melamin pada susu bubuk, PPA pada obat flu, mercury & obat berbahaya lain pada kosmetik. Juga banyak produk yg berdampak negatif bagi kesehatan (rokok, alkohol) (mengutip kumoro.staff.ugm.ac.id).
Sekalipun kebebasan untuk memilih (freedom of choice) terletak pada konsumen dan produsen, seringkali terjadi micro-macro dilemma dalam beberapa keputusan konsumen. Secara tidak sadar keputusan produsen untuk memproduksi suatu barang dan keputusan konsumen untuk mengkonsumsi barang tersebut akan mempengaruhi lingkungan sekitar termasuk konsumen itu sendiri dalam jangka panjang.

Contoh kasus:
Power Balance adalah merek gelang yang oleh pembuat dan vendornya diklaim sebagai produk yang ’menggunakan teknologi holografis’, yang bekerja dengan medan energi alami tubuh.
Power Balance menggunakan terapi hologram, yaitu pengobatan energi, yang merupakan cabang dari pengobatan alternatif. Menurut pembuatnya, ‘Power Balance didasarkan pada gagasan untuk mengoptimalkan aliran energi di dalam tubuh. Hologram pada Power Balance didesain untuk beresonansi dan merespon medan energi alami tubuh’.
Power Balance lebih dipromosikan melalui atlet yang dibayar, dan viral marketing ketimbang melalui bukti ilmiah. Yang akhirnya perusahaan ini mendapat banyak kritik, dan kebanyakan adalah tuduhan bahwa mereka mengeluarkan iklan palsu.
Pada Desember 2010, Australian Competition and Consumer Commission (ACCC) mengharuskan Power Balance untuk membuat pernyataan yang berisi pengakuan bahwa mereka ‘terlibat dalam tindakan yang menyesatkan’. Berikut ini adalah beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh pihak Power Balance:
1. Mempublikasikan iklan yang benar dengan biaya sendiri
2. Berhenti untuk mengklaim bahwa produk Power Balance:
a. Akan meningkatkan keseimbangan, kekuatan, dan fleksibilitas
b. Dirancang untuk bekerja dengan medan energi alami dalam tubuh
c. Membuat klaim bahwa "Power Balance adalah Performance Technology"
3. Berhenti memproduksi produk yang mengandung kata ‘Performance Technology’
4. Mengganti materi promosi dan pemasaran
5. Menawarkan pengembalian dana penuh, ditambah ongkos kirim.

CEO Power Balance Australia, Tom O'Dowd, mengatakan, "Awalnya kami mengklaim bahwa produk kami meningkatkan kekuatan, keseimbangan, dan fleksibilitas, dan kami tidak memiliki percobaan acak yang telah diuji sejawat secara ilmiah ataupun tingkatan bukti yang kami butuhkan untuk mendukung klaim tersebut".
Ketua ACCC, Graeme Samuel menyatakan, "Kami sangat kecewa bahwa begitu banyak orang yang telah membayar ratusan ribu, bahkan sampai jutaan dolar, untuk membeli gelang ini". Power Band Australia diharuskan mengeluarkan sejumlah iklan di media Australia yang berisi pengakuan dan penawaran pengembalian uang.
Dan ini pernyataan dari pihak Power Balance di media.
“Dalam iklan, kami menyatakan bahwa gelang tangan Power Balance meningkatkan kekuatan, keseimbangan dan fleksibilitas Anda. Kami mengakui bahwa tak ada bukti ilmiah kredibel yang mendukung klaim kami dan maka dari itu kami telah terlibat dalam tindakan yang menyesatkan melanggar s52 dalam Undang-Undang Praktek Perdagangan 1974. Jika Anda merasa telah disesatkan oleh promosi kami, kami meminta maaf dan menawarkan pengembalian uang secara penuh”

Pada Desember 2010, Italy's Antitrust Authority mendenda Power Balance sebesar 300,000 Euro (dan perusahaan lainnya sebesar 50,000 Euro) karena tidak menyertakan bukti ilmiah untuk klaim mereka.
Pada Janauri 2011, Point Break, salah satu penjual resmi gelang Power Balance di Indonesia, menarik produk tersebut dari seluruh gerainya.
(Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/Power_Balance#cite_note-PB-0)
2.4 PERLINDUNGAN TERHADAP KONSUMEN
2.4.1 Undang Undang yang dibuat oleh pemerintah.
• Pasal s52 Undang Undang Praktik Perdagangan 1974
• Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 0047/B/J1/87, tentang keharusan menyertakan sertifikat kesehatan dan sertifikat bebas radiasi untuk makanan impor.
• Surat Keputusan Kepala BPOM RI No. HK.00.05.52.4040, tentang kategori pangan.
• Dan peraturan pemerintah yang lain tentang perlindungan warga negara dari informasi palsu dsb.
2.4.2 Teori Kontraktual
• Duty to comply  Produsen harus memenuhi ekspektasi konsumen menyangkut:
 Reliability  keandalan dari sebuah produk
 Service life  masa layanan
 Maintainability  purna-jual, perbaikan dan penggunaan
 Product safety  keamanan produk selama digunakan
• Duty to disclosure (pemberian informasi yg memadai).
• Duty not to misrepresent (menghindari salah-paham).
• Duty not to coerce (menghindari pemaksaan)
2.4.3 Teori Keperdulian (Due Care Theory)
Asumsi konsumen dan produsen tidak dalam posisi yang sama karena berbagai faktor. Karena keahlian dan pengetahuannya, produsen cenderung berada dalam posisi lebih menguntungkan dibanding konsumen. Prinsip yang harus dianut bukan caveat emptor (pembeli yang perduli), tetapi caveat vendor (penjual yang perduli) dengan adagium ‘Let the seller take care’. Bentuk tanggungjawab produsen menyangkut informasi meliputi desain, produk, dan informasi.
Permasalahan pokok produsen dan konsumen:
• Kemasan sering menyesatkan dan tidak menggambarkan kualitas produk yang sesungguhnya.
• Konsumen sangat variatif, tetapi kebanyakan tidak paham dengan isi produk (karena keterbatasan pengetahuannya).
• Produsen wajib memperhatikan kepentingan konsumen dan dilarang secara sengaja melukai atau menipu konsumen.
2.4.4 Biaya Sosial (Social Cost)
Biaya Sosial mengandaikan adanya kewajiban penuh (strict liability) dari produsen untuk menanggung semua biaya dari kemungkinan bahaya karena cacat produk, luka dan kecelakaan kerja.
Permasalahan dengan teori Biaya Sosial:
• Perlakuan tidak adil bagi produsen karena mereka harus menanggung kompensasi bagi sesuatu yg belum terjadi krn kecelakaan.
• Asumsi keliru bahwa biaya sosial akan mencegah kecelakaan.
• Meskipun produsen sdh menunjukkan keperdulian, konsumen bisa mengambil keuntungan dari pengaduan hukum secara berlebihan.

Laba dan kepuasan konsumen berjalan pararel. Jika kepuasan konsumen tercapai maka laba akan datang dengan sendirinya. Tetapi dalam definisi nilai konsumen berkaitan dengan kepuasan konsumen, manfaat yang dirasakan oleh setiap konsumen berbeda-beda.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian mengenai masalah periklanan dan etika bisnis, ada beberapa kesimpulan, yaitu:
a) Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di dalamnya terdapat individu dan kelompok untuk mendapatkan apa saja yang mereka inginkan dan butuhkan dengan cara menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.
b) Iklan adalah pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa atau ditempat umum.
c) Etika Bisnis adalah penerapan prinsip-prinsip etika yang umum pada suatu wilayah prilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan bisnis.
d) Di Indonesia khususnya terdapat permasalahan-permasalahan dalam dunia periklanan terutama menyangkut iklan yang tidak mendidik, iklan yang cenderung menjelek-jelekan produk lain.

3.2 SARAN
Dalam berbisnis, perusahaan mempunyai kepentingan yang lebih tinggi untuk menguasai ilmu pemasaran dibanding konsumen. Sementara konsumen, dengan keterbatasan sumber daya dan waktu, jarang sekali mendalami ilmu ini. Tetapi, konsumen yang mempelajari ilmu pemasaran akan mempunyai proses keputusan pembelian yang lebih baik. Beberapa saran yang bisa kami berikan adalah:
a) Produsen lebih berimbang dalam memperhitungkan benefit secara materi dan keuntungan jangka panjang bagi konsumen. Sehingga menimbulkan keberlangsungan bisnis yang baik.
b) Pemerintah dan masyarakat lebih selektif dan cerdas dalam menyaring informasi dari iklan produk yang telah keluar dari jalur etika.
c) Biro iklan (advertising/media) lebih bijak dalam memproduksi iklan.
d) Pemerintah bekerjasama dengan masyarakat dan produsen menegakkan dan melaksanakann reward and punishment berkaitan dengan etika dan periklanan


DAFTAR PUSTAKA
Bertens. K, Pengantar Etika Bisnis, Kanisius, Jakarta, 2000.
Joko. Sri, Manajemen Produksi dan Operasi, UMM Press, Jaakarta , 2004.
Zimmerrer, Pengantar Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil, PT. Indeks Jakarta, 1986.
http://cassonsmart.blogspot.com/2010/03/fungsi-produksi.html, diakses 22 April 2011.
http://www.gudono.com/apps/forums/topics/show/3250856-arti-penting-etika-bisnis?page=last, diakses 22 April 2011.
kumoro.staff.ugm.ac.id/.../10.%20Etika%20Produksi%20dan%20Pemasaran.pdf, diakses 22 April 2011.
http://kurnia.blogdetik.com/2010/10/16/iklan-xl-yang-kurang-mendidik/, diakses 22 April 2011.
http://pemasarankokrepot.blogspot.com/2009/10/tanggung-jawab-sosial-dan-etika.html
http://supeksa.wordpress.com/2010/11/19/teori-produksi-dan-etika-produksi-dalam-ekonomi/, diakses 22 April 2011.
http://zaenuree.wordpress.com/2010/11/11/iklan-tidak-mendidik/

0 Response to "Etika Produksi dan Pemasaran Konsumen"

Posting Komentar